Di Indonesia nama Hang Tuah dikenal sebagai nama salah satu jalan di daerah kebayoran Baru Jakarta Selatan. Nama Hang Tuah pun pernah diabadikan untuk salah satu nama kapal perang Indonesia (KRI) selain itu di Surabaya ada Universitas Hang Tuah.
Hikayat Hang Tuah, Cerita kepahlawanan Hang Tuah pada masa kesultanan Malaka pada abad 14 adalah karya sastra klasik yang diterbitkan pada th 1956 oleh Penerbit Balai Pustaka di Jakarta dan pengarang nya tidak dikenal/anonimous. Karya sastra klasik ini termasuk novel yang dipelajari di sekolah-sekolah Indonesia pada zaman dahulu. Cerita Hang Tuah ada berbagai versi, banyak yang meyakini Hang Tuah berasal dari Sumatra dan ada pula yang berpendapat Hang Tuah hanya sebuah legenda atau mitos belaka.
Di Malaysia baru baru ini terdengar kontrovesi yang menyatakan bahwa Hang Tuah hanyalah mitos belaka. Sehingga pernah diadakan seminar tentang masalah ini dan kesimpulan nya Hang Tuah yang tertera dalam Sejarah Melayu di Malaysia (Malay Annals) memang betul-betul exist pada zamannya
Di Kampung Duyong diyakini sebagai kampung halaman Hang Tuah yang kabarnya pernah belajar dengan Sang Persata Nala yang bertapa di Gunung Wirana, Majaphit di Pulau Jawa. Di kampung yang lokasinya di Melaka Tengah terdapat Perigi (sumur) Hang Tuah. Sumur yang menurut sejarahnya digali Hang Tuah bersama sama teman2nya Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Kesturi dimasa lalu. Kini Sumur yang tak pernah kering ini menjadi wisata sejarah yang di kemas secara apik sehingga banyak wisatawan datang kesumur yang dianggap oleh banyak orang airnya bisa untuk obat. wowlohualam….
Konon kabarnya di Sumatra Timur ada sumur Hang Tuah yang mirip dengan sumur di Melaka ini, sehingga banyak juga yang menyatakan Hang Tuah berasal dari Sumatra dan berpindah ke Kampung Duyong saat dia masih kanak2.
Kuburan Hang Tuah terletak di Kampung Tanjung Kling Melaka. Disini lokasi nya ditata pula secara apik dan di pamerkan pula kisah kepahlawanan Hang Tuah yang memiliki keris yang terkenal bernama Taming Sari. Sehingga selain berziarah ke makam para turis banyak yang mengabadikan foto2 sekitar Makam.
Keris Taming Sari sebenarnya adalah milik pendekar dari Majapahit yang dikalahkan oleh Hang Tuah saat bertempur. Pertempuran itu dimenangkan oleh Hang Tuah karena pernah diberi tahu oleh guru nya, Sang persata Nala, bahwa pendekar dari majapahit itu hanya bisa dibunuh dengan keris nya sendiri, Keris Taming Sari.
Karena kemenangan nya itu Betara Majapahit menghadiahkan Keris yang namanya diabadikan menjadi menara yang tingginya 110 meter dan dapat berputar 360 derajat untuk melihat view Bandar Melaka secara keseluruhan yang tertata dengan apik.
Keris Taming Sari sebenarnya adalah milik pendekar dari Majapahit yang dikalahkan oleh Hang Tuah saat bertempur. Pertempuran itu dimenangkan oleh Hang Tuah karena pernah diberi tahu oleh guru nya, Sang persata Nala, bahwa pendekar dari majapahit itu hanya bisa dibunuh dengan keris nya sendiri, Keris Taming Sari.
Karena kemenangan nya itu Betara Majapahit menghadiahkan Keris yang namanya diabadikan menjadi menara yang tingginya 110 meter dan dapat berputar 360 derajat untuk melihat view Bandar Melaka secara keseluruhan yang tertata dengan apik.
ket foto (koleksi pribadi): di Makam Hang Tuah, menara Taming Sari dan Sumur Hang Tuah
Lily Siti Multatuliana
Pernah dimuat di Tabloid Parle no 15 Th IV/18 - 25 Agustus 2008 (Tabloid Parle terbit di Jakarta)diedit kembali pada tgl 5 Agustus 2012
.
No comments:
Post a Comment